Kesehatan

Gibran Rakabuming Singgung Tantangan Stunting serta Sanitasi, Ternyata Memang Ada Kaitannya

58
×

Gibran Rakabuming Singgung Tantangan Stunting serta Sanitasi, Ternyata Memang Ada Kaitannya

Sebarkan artikel ini
Gibran Rakabuming Singgung Tantangan Stunting juga Sanitasi, Ternyata Memang Ada Kaitannya

Nadineworldwide.com – Pada Debat Cawapres 2024 yang mana berlangsung Hari Jumat (22/12/2023), Gibran Rakabuming berhasil menyita perhatian rakyat pada waktu menyampaikan bahwa stunting berkaitan dengan permasalahan sanitasi.

Gibran berjanji akan menuntaskan kesulitan stunting di dalam Indonesia, sebab ia menyampaikan bahwa hal ini sebanding dengan mempersiapkan infrastruktur SDM pada menyambut Indonesia emas 2045 mendatang.

“Jika kita bicara sanitasi juga air bersih, ini nanti nyambung ke hambatan stunting. Untuk hambatan sanitasi, ini perlu kolaborasi banyak pihak,” ujar Gibran pada waktu menjawab pertanyaan yang digunakan dilontarkan pihak panelis ketika Debat Cawapres yang digunakan berlangsung di area JCC itu.

Gibran mengaku telah menyebabkan IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada perumahan padat penduduk di area Solo untuk memenuhi keperluan air bersih. Termasuk bekerjasama dengan tempat Wonogiri juga Klaten agar memberikan akses airnya.

Lalu, apa sebenarnya kaitan antara stunting juga sanitasi? Benarkah keduanya saling berhubungan?

Situs resmi Kementerian Aspek Kesehatan menyebutkan, stunting adalah permasalahan kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada waktu yang tersebut cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan pada anak yakni tinggi badan anak lebih tinggi rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Dan Organisasi Bidang Kesehatan Bumi atau WHO membenarkan apabila kesulitan stunting sangat terkait dengan sanitasi yang mana layak atau akses air bersih. Hal ini oleh sebab itu air bersih berhubungan dengan makanan sehat yang tersebut dikonsumsi oleh anak.

Apalagi cara memberikan makan sehat kemudian bersih mampu melindungi dari infeksi bakteri hingga virus, di area ketika sistem kekebalan tubuh anak belum sempurna.

Fakta ini juga didukung hasil penelitian Pradana, Suparmi dan juga Ratnawati yang mana dipublikasi di tempat e-journal Unair pada 2023. Di situ disimpulkan bahwa hygiene atau kebersihan seseorang serta sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 6 hingga 59 bulan.

Penelitian Nizaruddin lalu Irsyad Ilham yang mana dipublikasi Jurnal Universitas Gadjah Mada (UGM) 2022 juga menyebutkan sanitasi, sumber air minum, serta pengolahan air minum sebelum dikonsumsi berpengaruh terhadap stunting.

Berat badan lahir, kondisi ekonomi, dan juga tingkat institusi belajar ibu juga mempengaruhi risiko terjadinya stunting. Oleh dikarenakan itu, penelitian yang disebutkan menyimpulkan bahwa untuk mengatasi risiko stunting, pemerintah harus mempercepat penyediaan sanitasi dasar, melindungi sumber air minum yang mana berkualitas, dan juga meningkatkan kesadaran untuk merebus air sebelum dikonsumsi.

Perlu diketahui, stunting merupakan permasalahan gizi kronis di area Indonesia. Pengembangan hitungan kejadian stunting dalam Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor ibu, gizi, sosial ekonomi, juga lingkungan.

Beberapa waktu lalu mantan Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, mengakui kesulitan non kebugaran kerap kali jadi penyulut permasalahan stunting. Sehingga setidaknya butuh tiga langkah besar untuk menjaga dari anak stunting pada antaranya sebagai berikut:

1. Pola Makan

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi total juga kualitas gizi, dan juga seringkali bukan beragam. Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan lalu dibiasakan pada keberadaan sehari-hari. Bagi anak-anak di masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, pada samping masih membiasakan mengonsumsi buah kemudian sayur.

2. Pola Asuh

Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, teristimewa pada pola asuh yang digunakan kurang baik di praktek pemberian makan bagi bayi juga balita.

Dimulai dari edukasi tentang kondisi tubuh reproduksi kemudian gizi bagi remaja sebagai cikal akan keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi keinginan gizi pada waktu hamil kemudian stimulasi bagi janin, dan juga memeriksakan isi empat kali selama kehamilan.

3. Sanitasi juga Akses Air Bersih

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalam dalamnya adalah akses sanitasi juga air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun juga air mengalir, dan juga tiada buang air besar sembarangan.

“Pola asuh kemudian status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, di mengatur kondisi tubuh serta gizi di tempat keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang sanggup mengarahkan pada peningkatan kebugaran gizi atau ibu lalu anaknya”, papar Nila pada 2018 silam.

(Sumber: Suara.com)