Kesehatan

Turun Berok Tidak Ada Obatnya, Operasi Terbuka vs Laparoskopi untuk Hernia Lebih Baik Mana?

31
×

Turun Berok Tidak Ada Obatnya, Operasi Terbuka vs Laparoskopi untuk Hernia Lebih Baik Mana?

Sebarkan artikel ini
Turun Berok Tidak Ada Obatnya, Operasi Terbuka vs Laparoskopi untuk Hernia Lebih Baik Mana?

Nadineworldwide.com – Tidak berbagai yang tersebut tahu hernia atau turun berok tidak ada dapat sembuhkan selain tindakan operasi, yang dimaksud terdiri dari dua metode yaitu operasi terbuka kemudian laparoskopi. Kira-kira tambahan baik mana ya?

Dokter Spesialis Bedah RS Royal Progress, dr. Ika Megatia, B.MedSc, SpB, FINACS, FICS mengungkapkan kedua metode ini memiliki keunggulan tersendiri dan juga dapat digunakan sesuai dengan gejala dan juga keperluan pasien.

“Hernia yang digunakan menetap dapat menyebabkan jepitan pada isi kantung Hernia seperti usus atau lemak usus dan juga dapat memicu nyeri hebat, kematian jaringan usus sampai kebocoran usus atau sampai dengan kematian,” ujar dr. Ika melalui keterangan yang dimaksud diterima suara.com, hari terakhir pekan (29/12/2023).

Ilustrasi hernia. (Shutterstock)
Ilustrasi hernia. (Shutterstock)

Menurut data World Health Organization (WHO) pada 2017 terdapat sekitar 350 per 1000 populasi penderita Hernia dengan gejala yang berbeda-beda. Hernia disebabkan oleh sebab itu adanya kelemahan otot sehingga menyebabkan tonjolan yang tersebut umumnya berada di area sekitar perut ataupun selangkangan.

Adapun tindakan operasi turun berok atau hernia ditujukan untuk menguatkan dinding abdomen agar dapat menghindari benjolan hernia tidaklah kembali menonjol.

Operasi Hernia Terbuka

Melansir Hello Sehat, operasi hernia terbuka merupakan jenis operasi umum dalam Indonesia, diadakan dengan cara menyayat bagian perut tempat terjadinya turun berok. Operasi ini juga terbagi ke di dua tahap yaitu pertama herniorafi, menyokong jaringan atau organ yang dimaksud mencuat ke kedudukan semula.

Tahap kedua yaitu hernioplasti, tindakan menghentikan organ yang tersebut mencuat dengan unsur sintetis yang mana dapat menyatu dengan jaringan tubuh. Menurut dr. Ika proses menyokong hernia, menghentikan juga menguatkan dinding abdomen seperti yang mana ada pada RS Royal Progress, Sunter, Ibukota Utara bisa jadi menggunakan MESH.

MESH adalah alat yang terbuat dari unsur polimer sintetis yang mana bukan berbahaya lalu pada pembuatannya telah dilakukan menyeberangi berbagai tahap uji klinis, sehingga tiada akan menyebabkan reaksi penolakan oleh tubuh.

Operasi Hernia Laparoskopi

Sama seperti operasi hernia terbuka, operasi minimal invasif atau laparoskopi ini juga ditujukan untuk menghentikan hernia kemudian menguatkan dinding abdomen. Hanya saja, di area masa sekarang metode ini lebih banyak direkomendasikan dikarenakan dokter cuma perlu melakukan sedikit sayatan, kemudian tidak ada perlu operasi terbuka dengan memproduksi sejumlah perlukaan dalam tubuh ketika tindakan.

Metode pembedahan minimal invasif, pasien hanya sekali mendapatkan luka operasi kecil berkisar 0,5 hingga 1,5 cm dengan masa pemulihan lebih lanjut cepat juga minim rasa sakit. Sehingga setelahnya operasi hernia laparoskopi diadakan serta tak ada keluhan, pasien dapat segera diizinkan pulang.

“Dan pada era modern ini, laparoskopi atau tindakan minimal invasif menjadi salah satu solusi perawatan hernia yang menjadi favorit masyarakat, lantaran luka sayatan yang dimaksud lebih tinggi minim serta nyeri yang mana lebih lanjut ringan serta dapat menempatkan mesh jaringan yang dimaksud lebih lanjut besar,” jelas dr. Ika.

Terakhir dr. Ika menambahkan penyakit yang tersebut dianggap biasa pada lelaki berusia 50 tahun ini tetap memperlihatkan harus diwaspadai sebelum terjadi komplikasi. Ia juga mewanti-wanti tidaklah menghindari konsultasi ke dokter untuk menghindari kematian sebab komplikasi.

“Tanda keadaan darurat pada hernia akibat benjolan menetap baik pada tempat tidur dan juga membesar pada waktu berdiri atau duduk, nyeri kemerahan disertai mual, muntah serta demam, Jika pasien telah lama berada di keadaan seperti ini, hindari menunda konsultasi ke dokter untuk menghindari terjadinya komplikasi,” pungkas dr. Ika.

(Sumber: Suara.com)