Ekonomi

Pertumbuhan Kredit Tinggi, Prospek Bidang Lembaga Keuangan Cerah

55
×

Pertumbuhan Kredit Tinggi, Prospek Bidang Lembaga Keuangan Cerah

Sebarkan artikel ini
Pertumbuhan Kredit Tinggi, Prospek Sektor Lembaga Keuangan Cerah

JAKARTA – Bagian perbankan dinilai mempunyai prospek cerah seiring dengan proyeksi peningkatan kredit yang dimaksud masih tinggi, sejalan dengan proyeksi Bank Indonesi (BI) pada kisaran 10-12%.

“Rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio juga masih relatif terjaga ke bawah 85%, serta dengan tingkat kredit tiada lancar yang mana juga masih rendah, ruang bagi peningkatan peningkatan kredit juga masih terbuka,” kata Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto ke acara Media Massa Day ke Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Rully menuturkan, status yang dimaksud merupakan hasil dari kebijakan makroprudensial pemerintah yang digunakan pro-growth. Pertumbuhan kredit pada bulan Januari 2024 tercatat cukup membesar mencapai 11,8% year on year (yoy), tertinggi pada hampir lima tahun terakhir. Sedangkan perkembangan kredit pada bulan Februari 2024 sedikit tambahan rendah tapi tergolong permanen tinggi sebesar 11,3% yoy. Sementara, Gross NPL pada periode yang digunakan sebanding tetap rendah, yaitu 2,35%.

“Kami memandang bahwa dengan kebijakan makroprudensial yang digunakan longgar lalu disertai dengan likuiditas yang dimaksud masih memadai, peningkatan kredit masih akan kekal kuat serta membantu pertumbuhan ekonomi Indonesi meskipun pada berada dalam beraneka tantangan di sepanjang tahun 2024 ini,” ujar Rully.

Kendati demikian, Rully juga menganggap perbankan harus terus memitigasi risiko agar stabilitas sektor keuangan tetap terjaga. Dia menganggap perbankan kelihatannya memang benar akan tambahan berhati-hati pada menyalurkan kredit mengingat kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak wabah Covid-19 telah terjadi berakhir per tanggal 31 Maret 2024.

Di luar perbankan, Rully menganggap keadaan perekonomian Nusantara ketika ini masih dihadapkan dengan banyak tantangan. Salah satu tantangan terbesar ketika ini adalah tingginya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Pergerakan rupiah pada jangka menengah menurutnya masih sangat sulit untuk diprediksi sebab sangat dipengaruhi oleh isu global, bukanlah dipengaruhi oleh keadaan di di negeri.

Rully menyebutkan tren pelemahan rupiah lebih tinggi disebabkan oleh sentimen higher-for-longer suku bunga kebijakan the Fed yang dimaksud kembali menyebabkan volatilitas juga ketidakpastian lingkungan ekonomi global. “Sentimen global tersebut, yang mana juga berdampak untuk besarnya aliran modal asing pergi dari dari Indonesia, menyulitkan BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter pada waktu dekat,” pungkasnya.

Artikel ini disadur dari Pertumbuhan Kredit Tinggi, Prospek Sektor Perbankan Cerah